David Hasselhoff, aktor sekaligus produser film Hollywood, menjadi
sangat terkenal bukan karena mempunyai mobil yang bisa ngomong bernama Kitt
(film ''Knight Rider'', pernah ditayangkan RCTI). Nama aktor keturunan Jerman
itu melambung setelah sukses menggarap film seri televisi berjudul
Baywatch.
Sedikitnya 30 negara di dunia menayangkan film yang
menceritakan tentang penjaga pantai yang bertugas menyelamatkan para turis yang
datang ke sana. Pakaian para pemainnya, khususnya yang perempuan, sangat
''aduhai''. Mengenakan bikini minim warna-warni dan berlenggak-lenggok di
pantai, jutaan mata pun terpana menyaksikan film itu.
Namun, jika melihat
siapa yang bermain, yakni para bintang film Barat, bisa dimafhumi. Peran seperti
itu lumrah dilakukan. Di Amerika Serikat (AS) nilai-nilai kebebasan sangat
diagungkan. Film seperti itu pun diterima. Malah, meniru istilah film-film
bioskop, Baywatch masuk ke dalam box office (film laris).
Ketenaran itu
memunculkan ide baru seorang Yousef Mansour, aktor mesir, untuk membuat Baywatch
yang dibintangi artis-artis Mesir. Film ini tidak hanya dipasarkan di
negara-negara Arab. Mansour berencana akan menjualnya ke Barat, sebagai upaya
memperkenalkan bintang-bintang Arab. ''Saya ingin artis Arab dikenal
Hollywood,'' katanya seperti dikutip majalah GQ edisi Oktober 2003 terbitan New
York, AS.
Mansour tampaknya bosan dengan pencitraan Mesir yang selalu
melekat dari unta dan piramid. Memang, selama ini film-film tentang Mesir lebih
banyak menonjolkan kedua aspek itu. Mansour pun ingin perubahan dan berencana
membuat film yang ''cantik'' dan ''menawan''.
Sebuah perusahaan film
Amerika dia gandeng. Sylvester Stallone termasuk salah seorang yang memiliki
saham di perusahaan itu. Bersama perusahaan Hollywood itu, Mansour akan
menggarap film ''cantik'' yang kemungkinan besar adalah Baywatch ala
Mesir.
Kabar tentang adanya keinginan membuat Baywatch Mesir berhembus
kencang di negeri Firaun itu belakangan ini. Mansour sendiri menolak anggapan
akan membuat film seri seperti itu. Dia mengaku memang sedang menyiapkan film
''cantik'' dan ''menawan'', tapi bukan Baywatch.
Yang jelas, katanya,
film tentang aksi petualangan di Timur Tengah. Mansour sudah menyebut judulnya,
yakni ''International Investigators Incorporated''. Dalam film itu, Mansour
mengatakan akan menampilkan sisi-sisi kecantikan Mesir.
Munculnya kabar
pembuatan film Baywatch ala Mesir bertepatan dengan rencana AS membuat jaringan
televisi di Timur Tengah. Jaringan TV itu lebih memfokuskan acaranya ke dalam
gaya hidup modern masyakarat Barat, termasuk warga Arab yang serba Barat.
AS, melalui Departemen Luar Negerinya (Deplu), merogoh koceknya hingga
62 juta dolar AS untuk mengudarakan televisi itu. Bagi sebagian kalangan Arab,
ini merupakan proyek propaganda AS yang lebih kuat nuansa politisnya
dibandingkan maksud bisnisnya.
Apalagi, sejak 1997, ketika sejumlah
intelektual dan politikus AS berdarah Yahudi mencanangkan program yang disebut
''Project for A New American Century'' (PNAC). Salah satu programnya adalah
memanfaatkan media demi kepentingan dan tujuan AS. PNAC didirikan oleh
orang-orang seperti Dick Cheney (Wapres AS), Donald Rumsfeld (Menhan AS), Paul
Wolfowitz, dan Richard Perle.
Misi PNAC adalah membawa AS sebagai negara
pengatur dunia dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya itu. Selain
memantapkan program senjata canggihnya, PNAC juga menyebut perlunya memperkuat
basis militer di seluruh dunia, membangun pangkalan militer, termasuk di
Indonesia, dan menghancurkan musuh-musuh.
Tidak ketinggalan, PNAC pun
memasukkan unsur penguasaan media sebagai bagian pendukung kegiatan mereka. Apa
yang terjadi di Timur Tengah sekarang ini, dengan terbitnya majalah Hi dan
jaringan televisi Timur Tengah, merupakan salah satu alur yang mereka (AS dan
PNAC) rencanakan sejak lama. erd/majalah gq Amerika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar