Setelah Amerika Serikat masuk ke Afghanistan suasana kota Kabul berubah total.
Bir, rok mini, dan film bebas berkeliaran. Dulu, pencuri saja jarang terjadi
Para pelayan China dengan mengenakan rok mini menyajikan bir Tsing Tao
untuk pelanggan yang bersantai mengikuti irama karaoke. Ini merupakan suatu
pengalaman terbaru makan malam di Kabul setelah jatuhnya Taliban.
Tempat
sederhana yang diberi nama Chinese Restaurant telah merintis keberhasilan sejak
membuka pintu dan meluncurkan operasinya di ibukota Afghanistan tersebut. Pesan
tempat, kata manager restoran itu Wang Wentian, adalah keharusan.
Tak
perlu dikatakan lagi, kebanyakan warga Kabul akan menghadapi segelintir kursi
kosong di restoran sebelum ambruknya rejim garis keras Taliban tahun lalu orang
memandang staf restoran akan cukup untuk mengundang hukuman.
Tetapi,
kata Wang, restoran tersebut berdiri di barisan depan gelombang baru dan berani
yang dilakukan penanam modal China untuk memasuki pasar yang sangat menjanjikan
kendati gaya pakaian stafnya telah membuat orang terheran-heran.
"Saya
harus mengubah pakaian itu. Anda harus berfikir mengenai semua ini dari sudut
pandang budaya Muslim, tapi mereka tidak menulisnya dalam peraturan," kata Wang
yang duduk di lantai dasar tempat dia menanam modal dengan harga 160.000 dolar
AS.
"Saat ini kami sangat sibuk, tapi saya telah mengirim surat ke China
untuk memesan pakaian yang lebih panjang," katanya.
Wang, yang berasal
dari kota Hangzhou China Timur, tak ingin menyinggung perasaan orang
Afghanistan, terutama karena 25 persen restorannya dimiliki oleh sektor
eksport-import milik pemerintah. Kompromi, katanya, layak dilakukan.
"Dua puluh tiga tahun perang tidak memberi negeri ini kontak dengan
dunia luar. Saya kira, ini akan menjadi peluang usaha yang sangat besar. Akan
banyak uang dapat dihasilkan di sini," katanya.
Penanam modal lain
Kendati Wang menghadapi kesulitan untuk membujuk delapan pegawainya,
termasuk tiga jurumasak, tiga pelayan dan dua pembantu jurumasak, bahwa cukup
aman untuk datang ke Kabul, dia sudah memiliki rencana untuk memperluas usahanya
dan berharap kehadirannya akan menarik penanam modal lain dari China.
"Saya ingin membawa lebih banyak orang guna melakukan usaha di sini,"
katanya menambahkan. Meskipun Afghanistan baru saja mengubah peraturannya guna
melicinkan jalan bagi pengusaha asing untuk memasuki pasarnya, China seperti
Wang jelas sangat ingin mendirikan toko di negara tetangganya di Asia tengah
yang diporak-porandakan perang tersebut.
"Saya memperoleh banyak bantuan
dari kedutaan besar China. Tanpa mereka, saya kira saya tak dapat datang ke
sini," kata Wang yang tampaknya telah mengimport seluruh isi restorannya dari
negerinya.
Pengaruh China kian terlihat di Kabul. Barang elektronik
murah dari China menggeser barang-barang pesaingnya dari Jepang dan Pakistan
dari rak, sementara sepeda buatan Shanghai memenuhi jalan ibukota Afghanistan
tersebut.
Dalam isyarat yang ditujukan untuk menjembatani kedua negara
itu dan membersihkan jalan bagi peningkatan perdagangan, Cina bulan lalu setuju
untuk menghapuskan utang Afghanistan yang bernilai beberapa juta dolar AS dari
tahun 1960-an.
Awal tahun ini Beijing juga melancarkan upaya guna meraih
hati di Kabul dengan menyumbangkan paket bantuan hewan bagi kebun binatang kota
tersebut yang kekurangan aset: sumbangan hewan liar yang meliputi singa,
beruang, srigala dan babi.
Menurut jurubicara kedutaan besar China di
Kabul, Beijing dengan giat mendorong warganya untuk datang ke Afghanistan saat
masih banyak negara menasehati warga mereka agar tidak datang.
"Kedutaan
besar China di sini menyarankan rakyat dari negeri kami untuk menanam modal di
Afghanistan," kata jurubicara kedutaan itu Ji Tao.
Sejak Kabul dan
Taliban jatuh, rok mini, film, minuman keras mulai bisa ditemukan secara bebas
di Afghanistan. Sebelumnya, kebebasan cara Barat seperti itu tak pernah
ditemukan. Bahkan pencurian saja jarang ditemukan karena takut sanksi hukumnya.
Kini, setelah AS masuk, semuanya menjadi lain. (wp/ap/cha/Hidayatullah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar