Oleh : Abu Hanif
Cak Nur dikenal masyarakat sebagai tokoh Pluralisme,
tokoh yang mendukung dan ikut merintis paham Pluralisme agar berkembang di
Indonesia, hasilnya adalah yayasan Paramadina yang ada di jalan Gatot Subroto
Jakarta selatan dan buku Fikih Lintas Agama (FLA). Pluralisme dari sudut pandang
Islamologi adalah paham yang sudah keluar dari Islam, dan ditinjau dari teologi
Pluralisme itu sendiri, Pluralisme adalah sebuah agama baru (Pluralisme sebagai
agama baru akan dikaji tersendiri pada bulan Januari, Insya Allah).
Cak
Nur juga dikenal sebagai tokoh Sekular yang lembut, artinya dalam mengusung
paham sekular, cak Nur berkesan tidak ngotot dan sabar dalam memperjuangkan
paham Sekularnya. Sehingga paham ini dapat menjangkiti umat Islam di Indonesia
dengan manisnya, Jargon yang terkenal dari ke-sekular-an cak Nur adalah
:
Islam Yes partai Islam no
Artinya, beragama Islam
Yes tetapi nggak usah mengusung Islam dalam pemerintahan atau parlemen, tentu
saja ini untuk mengebiri Islam, karena Islam sejatinya adalah agama pribadi dan
sekaligus agama sosial yang mengatur kehidupan secara pribadi dan sekaligus
secara sosial.
PKS di kenal umat sebagai wadah yang berusaha
memperjuangkan Islam secara kaaffah, dan masyarakat telah mengenal PKS dengan
ciri khas putih, bersih dan adil. Masyarakat telah melihat pula kasus PILKADA
Depok yang mendzalimi PKS tidak menyebabkan PKS terpancing anarkis.
Pada
tanggal 1 September 2005 ada sebuah fenomena baru yang sangat mengusik dan perlu
penjelasan, karena bila di biarkan sangat dikuatirkan akan menjadi racun bagi
umat Islam, fenomenanya yaitu iklan dari PKS yang berisi ucapan duka cita atas
meninggalnya cak Nur dan doa bagi mendiang cak Nur, doanya seperti berikut ini
:
“Semoga Allah SWT menerima segala amal sholih Almarhum serta
memasukkan ke surga-Nya bersama para Anbiya’, Shiddiqin, Syuhada’ dan Sholihin.”
Sikap ini menimbulkan pertanyaan :
1. Apakah PKS tidak tahu
kalau cak Nur itu seorang Pluralis ?
2. Apakah PKS tidak tahu bahwa
Pluralisme dapat menyebabkan murtad tanpa di sadarinya ?
3. Apakah PKS tidak
tahu sikapnya akan membuat umat Islam membenarkan pluralisme ?
Dalam
pembicaraan via telephone dengan bapak Iman Santosa, salah seorang peneliti
Dewan syariah PKS, beliau menyatakan :
IS: Tentang Iklan itu
adalah kekhilafan besar, Dewan syariah tidak diajak bermusyawarah dalam
penerbitan iklan tersebut, tahu-tahu sudah ada dalam Republika. Dan PKS sangat
sepakat dan mendukung fatwa Haram terhadap Pluralisme dan Liberalisme oleh MUI.
AH: Bagaimana tentang cak Nur ?
IS: Tentang Cak
Nur, sebenarnya cak Nur sudah bertobat dan tidak sekular lagi, karena cak nur
sekarang sudah ber-pendapat Islam Yes partai Islam juga Yes, Dan pada akhir
hayatnya cak Nur sering membaca surat al-Iklash.
AH: Tetapi itu
tidak diketahui masyarakat, masyarakat hanya mengetahui beliau seorang sekularis
dan pluralis.
IS: Apakah masyarakat pernah datang langsung kepada
cak Nur, sehingga bisa menyimpulkan cak Nur seorang sekularis dan pluralis
?
AH: Kalau memang beliau sudah tidak sekularis dan pluralis, itu
harus dipublikasikan, karena ketika beliau memperjuangkan sekularisme dan
pluralisme tidak lepas dari punlikasi.
Namun cak Nur sudah bertobat
hanyalah tafsiran PKS, sementara umat Islam menilai, cak Nur masih sekularis dan
pluralis sampai akhir hayatnya, jargon Islam Yes dan Partai Islam Yes tidak
berarti bukan sekularis, dan seringnya membaca surat al-Iklash tidak berarti
bukan Pluralis. Karena kelompok Islam Liberal sendiri meyakini cak Nur masih
seperti yang dulu.
Penjelasan resmi mengapa PKS mendoakan cak Nur sangat
dibutuhkan, agar tidak menambah racun pluralisme dan sekularisme di
tengah-tengah umat Islam, masyarakat juga perlu tahu bahwa PKS tidak mengusung
sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar