Ada upaya sistematis Zionis Yahudi untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha
dalam rangka membangun kembali Temple of Solomon yang mereka yakini terletak di
bawah masjid tersebut. Mampukah umat Islam seluruh dunia menggagalkan rencana
Zionis Yahudi itu?
Masjid AI-Aqsha dan Kubah Al-Shakhrah
"Subhanalladz? asra bi'abdihf lailan minal masjidil-haram Hal
masjdil-aqsha, alladz? Barakna hawlahu linuriyahu min
ayatina."
Demikian firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al-lsra
ayat 1. Artinya: "Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dan Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kekuasaan
Kami."
Firman Allah tersebut selalu atau sering menjadi referensi
dalam acara peringatan Isra-Mi'raj Nabi Muhammad SAW (27 Rajab) yang setiap
tahun diselenggarakan umat Islam. Setiap Muslim tentu mengetahui di mana letak
kedua masjid tersebut. Masjid Al-Aqsha yang terletak di Baitulmaqdis
(Jerusalem), Palestina, pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum Allah
memindahkan kiblat shaiat ke arah Masjid AI-Haram di Makkah. Perintah pengalihan
arah itu turun pada saat Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan shaiat Ashar di
salah satu masjid di Madinah yang kemudian diberi nama Masjid Qiblatain (Masjid
Dua Kiblat) (QS. Al Baqarah :144).
Kata al-aqsha mengandung dua arti.
Secara harfiah ia berarti "jauh", maksudnya jauh dari Masjid AI-Haram. Arti
makna-wiyahnya menurut sebagian ulama "bebas dari segala jenis kotoran, karena
masjid ini tempat turun malaikat dan wahyu serta kiblat para Nabi sebeluim Nabi
Muhammad SAW".
Menurut riwayat, Masjid Al-Aqsha di-bangun oleh Nabi Adam
AS setelah beliau membangun Masjid Al-Haram. Dengan demikian Masjid Al-Aqsha
adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi. Masjid itu rusak dan runtuh
dimakan waktu, kemudian dibangun kembali oleh Nabi Ya'qub AS, 40 tahun setelah
Ka'bah dibangun kembali oleh kakeknya, Nabi Ibrahim AS. Nabi Daud AS membangun
ulang masjid itu dan disempurnakan oleh putranya, Nabi Sulaiman AS.
Bagi
umat Islam, Masjid Al-Aqsha merupakan masjid ketiga termulia setelah Masjid
Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Nabi Muhammad SAW bersabda,
'Janganlah kamu merasa berat melakukan perjalanan ke tiga masjid : Masjid
Al-Haram, Masjidku, dan Masjid Al-Aqsha. Shalat di Masjid Al-Haram lebih utama
dari seratus ribu kali di tempat lain, kecuali di Masjid Al-Aqsha." (HR.
Ad-Darimi, An-Nasai, dan Ahmad)
Berulangkali para Khalifah dinasti Islam
melakukan perbaikan dan pembaruan masjid tersebut. Bahkan pada tahun 691 (72 H),
Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari dinasti Umayyah, selain merehab dan
merenovasi Masjid Al-Aqsha, dengan kubah berwarna hijau dan plaza yang luas,
juga mendirikan sebuah bangunan berbentuk kubah untuk melindungi batu tempat
pijakan Rasulullah SAW saat beliau akan dimi'rajkan. Bangunan itu terletak tak
jauh (sekitar 100 meter) di sebelah utara Masjid AI-Aqsha, kemudian disebut
Masjid Qubbah Al-Shakhrah (Qubbatush-Sha-khrah, artinya Kubah Batu, Inggris:
Dome of the Rock). Kubahnya berwarna kuning keemasan.
Zionis Yahudi berusaha meruntuhkan Masjid Al-Aqsha
Sejak Perang Arab-Israel pada 1967, Jerusalem jatuh ke tangan Israel.
Termasuk kompleks Masjid AI-Aqsha yang lazim disebut Haram al-Syarif, atau Haram
al-Quds (Tanah Haram yang Suci) kini berada dalam cengkeraman Israel. Kompleks
itu berbentuk persegi panjang dengan luas 285 x 470 meter, sekelilingnya
dipagari tembok.
Dr. Marwan Saeed Saleh, guru besar matematika di
Universitas Zayed, Dubai, menulis di Harian AI-Dastour, tentang anggapan kaum
Yahudi bahwa Haram al-Quds tersebut merupakan tempat suci yang dianugerahkan
Tuhan kepada Ibrahim dan keturunannya. Terlebih lagi kaum Yahudi meyakini bahwa
di bawah Masjid AI-Aqsha terletak bangunan tempat ibadah Nabi Sulaiman AS yang
disebut Haekal Sulaiman (Temple of Solomon). Haekal tersebut telah dihan-curkan
oleh Kaisar Titus dari Romawi.
Sejak 1967 kaum Zionis Yahudi bertekad
akan membangun kembali Temple of Solomon itu, apa pun dampaknya terhadap
bangunan Masjid Al-Aqsha, bahkan kalau perlu masjid itu akan dirubuhkan sama
sekali. Sementara ini kaum Yahudi telah membangun Tembok Ratapan (Wailing Wall),
persis di dinding barat Masjid Al-Aqsha. Mereka juga melakukan
penggalian-penggalian di bawah Masjid Al-Aqsha dan Masdjid Qubbah Al-Shakhrah.
Sekelompok ekstrim Yahudi pernah merencanakan akan meledakkan
tempat-tempat suci umat Islam itu pada 1985, namun terbongkar dan dapat
digagalkan.
Di samping itu, menurut Marwan Saeed Saleh, kaum Zionis
Yahudi secara sistematis melakukan kampanye penyesatan terhadap umat Islam.
Mereka sengaja lebih menonjolkan pemberitaan dan foto-foto Masjid Qubbah
Al-Shakhrah untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari Masjid Al-Aqsha, Harapan
mereka, suatu saat nanti umat Islam akan menganggap Masjid Qubbah Al-Shakhrah
itulah Masjid Al-Aqsha, sehingga kaum Zionis Yahudi merasa akan lebih leluasa
untuk melenyapkan Masjid Al-Aqsha dari muka bumi.
Mungkin tanpa sengaja,
atau karena faktor kesulitan mendapatkan foto Masjid Al-Aqsha, ilustrasi yang
ditampilkan di dalam Ensiklopedi Islam, terbitan PT Ikhtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, pada saat mem-bicarakan Masjidilaksa (jilid 3, halaman 190), juga
adalah foto Masjid Qubbah Al-Shakhrah, bukan foto Masjid AI-Aqsha. Mudah-mudahan
ini bukan bukti ke-berhasilan kampanye Zionis Yahudi.
Galang partisipasi umat
Tak ada jalan lain bagi umai Islam di seluruh dunia kecuali menggalang
persatuan untuk menggagalkan rencana dan upaya kaum Zionis Yahudi yang ingin
meruntuhkan Masjid Al-Aqsha. Umat Islam dan pemerintah negara-negara
berpen-duduk mayoritas Muslim hendaklah meningkatkan terus solidaritas bersama
membantu perjuangan bangsa Palestina untuk membebaskan seluruh wilayahnya dari
pendudukan Israel, termasuk Jerusalem dan terutama kompleks Haram al-Quds ,
lokasi Masjid AI-Aqsha dan Masjid Qubbah Al-Shakhrah.
Batu Pijakan Nabi Muhammad SAW Saat Mi'raj
Di tengah-tengah Masjid Qubbah Al-Shakhrah (Dome of the Rock), terdapat
sebuah batu gunung (Arab : shakhrah) berukuran kurang lebih 13,8 x 17 meter,
yang seolah-olah tergantung di udara. Di bawahnya terdapat gua berbentuk kubus
berukuran 4,5 x 4,5 x 1,5 meter. Di bagian atas terdapat lubang besar bergaris
tengah 1 meter. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah mimbar dan orang dapat
masuk ke dalamnya melalui sebuah pintu dengan menuruni sebuah
tangga.
Menurut sebagian ulama, kesucian shakhrah itu sama dengan
kesucian Hajar Aswad (batu hitam) di Ka'bah yang selalu dicium oleh jamaah
haji/umrah saat tawaf; kedua batu itu sama-sama berasal dari surga. Itu
sebabnya, batu pijakan Nabi Muhammad SAW saat akan mi'raj itu disebut Shakhrah
al-Muqaddasah (batu yang disucikan).
Meskipun bangunan itu disebut
masjid, peziarah tidak dianjurkan melaksanakan shalat di dalamnya karena
bangunan itu didirikan semata-mata untuk mengabadikan peristiwa Isra-Mi'raj Nabi
Muhammad SAW, bukan untuk tempat shalat. Ketika penulis berkunjung ke sana
(1996), beberapa peziarah terlihat langsung sujud tapi tidak shaiat di masjid
itu. Tak salah bila bangunan itu disebut masjid, sebab secara harfiah masjid
berarti "tempat sujud".
A.Nawawi Rambe/Majalah Amanah
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar