Baca : Kuil Sulaiman, Alasan Penghancuran Masjidil
Aqsha
Selama beberapa hari terakhir ini, Masjidul Aqsa telah menyaksikan
konspirasi baru. Kiblat pertama umat Islam ini, yang juga merupakan tempat suci
bagi para penganut Kristen dan Yahudi telah diancam akan dihancurkan oleh
kelompok ekstrim Zionis pada tanggal 10 April.
Menurut kelompok ekstrim
Zionis, tanggal 10 April adalah hari raya suci orang-orang Yahudi dan oleh
karena itu, mereka akan merusak Masjidul Aqsa pada hari itu. Tujuan utama aksi
orang-orang Zionis ekstrim itu adalah untuk memaksa Perdana Menteri Rezim
Zionis, Ariel Sharon, agar membatalkan program pembubaran kota-kota pendudukan
Zionis di Jalur Gaza. Namun ancaman itu berhasil digagalkan setelah puluhan ribu
rakyat Palestina bersiaga di seputar Masjidul Aqsa.
Rakyat Palestina
selama 57 tahun terakhir ini tidak pernah mau menyerah di hadapan penindasan
Rezim Zionis. Kali inipun, ancaman yang dilemparkan oleh kelompok ekstrim Rezim
Zionis mendapatkan penentangan keras dari rakyat Palestina. Sebanyak 20 ribu
warga muslim dari berbagai penjuru Palestina berkumpul dan bersiaga di Masjidul
Aqsa.
Meskipun dihalang-halangi tentara Rezim Zionis yang melarang rakyat
Palestina berusia di bawah 40 tahun untuk datang ke Masjidul Aqsa, namun warga
Palestina dengan gigih membanjiri Masjidul Aqsa. Perlindungan warga Palestina,
dan juga reaksi keras umat Islam dari berbagai penjuru dunia, telah menyebabkan
konspirasi untuk merusak Masjidul Aqsa itu ditunda sementara waktu. Namun,
kelompok ekstrim Zionis tetap mengancam akan melaksanakan aksi mereka tanggal 9
Mei mendatang.
Diskriminasi dan ancaman terhadap Masjidul Aqsa mempunyai
sejarah yang cukup panjang. Pada era Perang Arab-Israel yang meletus tahun 1968,
Rezim Zionis berhasil menguasai wilayah Baitul Maqdis dimana Masjidul Aqsa
berada. Sejak saat itulah, berbagai usaha perusakan terhadap Masjidul Aqsa telah
dimulai. Pada tahun 1969, seorang ekstrimis Zionis telah membakar Masjidul Aqsa
sehingga mengakibatkan kerusakan yang cukup parah terhadap masjid itu. Pada
tahun 1975, kabinet Rezim Zionis telah memberi izin kepada kelompok ekstrim
Zionis untuk masuk ke tempat suci ini dan melakukan upacara agama mereka.
Padahal berdasarkan kepada ajaran agama Yahudi, hadir di halaman Masjidul Aqsa
adalah sebuah perbuatan yang terlarang.
Pada awal dekade 1980-an
terungkap rencana peledakan terhadap Masjidul Aqsa. Pada tahun 2000, Ariel
Sharon menjejakkan kakinya di Masjidul Aqsa dan mengeluarkan pernyataan yang
menghina umat Islam. Perilaku Sharon ini telah menimbulkan kemarahan dan
kebencian umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Penghinaan Sharon ini kemudian
memicu kebangkitan perjuangan bangsa Palestina untuk kedua kalinya, yang disebut
sebagai Intifadah Masjidul Aqsa.
Sejak saat itu hingga sekarang, Rezim
Zionis melakukan berbagai konspirasi jahat yang bertujuan memusnahkan Masjidul
Aqsa, antara lain dengan menggali terowongan di bawah fondasi masjid itu dan
mengalirkan air ke dalamnya. Tujuan dari perbuatan ini adalah untuk merapuhkan
pondasi Masjidul Aqsa. Berbagai usaha penghancuran Masjidul Aqsa yang dilakukan
Zionis telah membuat masjid ini menjadi tempat suci yang paling mazlum di
dunia.
Kini, muncul pertanyaan penting, mengapa orang-orang Zionis sangat
berambisi menghancurkan Masjidul Aqsa? Jawaban atas pertanyaan ini ada dua.
Pertama, Masjidul Aqsa adalah simbol solidaritas dan persatuan umat Islam dalam
menentang Rezim Zionis. Selama Masjidul Aqsa masih berdiri, umat Islam akan
terus termotivasi untuk berjuang membebaskan masjid itu dari tangan Rezim
Zionis. Masjidul Aqsa juga memberikan inspirasi kepada rakyat Palestina untuk
terus bangkit menentang kezaliman Zionis.
Kedua, Masjidul Aqsa diklaim
oleh kelompok Yahudi ekstrim sebagai bangunan yang didirikan di atas rumah
ibadah mereka yang dulu dibangun oleh Nabi Sulaiman. Kelompok Yahudi ekstrim
ingin menghancurkan Masjidul Aqsa dan membangun kembali Kuil Sulaiman di
atasnya. Padahal, tidak ada dokumen atau bukti apapun yang membenarkan klaim
kelompok Yahudi ekstrim ini. Kelompok Yahudi ekstrim yang ingin merealisasikan
rencana penghancuran Masjidul Aqsa ini bekerja sama dengan pemerintahan Tel
Aviv. Sepanjang dua dekade lalu, banyak sekali kelompok-kelompok Yahudi ekstrim
yang berdiri. Meskipun jumlah anggota kelompok-kelompok itu tidak banyak, tetapi
mereka memiliki kekuasaan ekonomi, propaganda, dan politik yang besar.
Meskipun Pemerintah Tel Aviv sering mengeluarkan pernyataan kecaman
terhadap kelompok-kelompok ekstrim itu, namun sesungguhnya Tel Aviv selalu
memberi dukungan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi. Dalam konspirasi
terbaru kelompok Yahudi ekstrim untuk memusnahkan Masjidul Aqsa, Pemerintah
Zionis memang melakukan berbagai langkah yang seolah-olah menentang aksi-aksi
kelompok ekstrim itu. Padahal, sesungguhnya pemerintah Zionis menjalin
koordinasi dengan kelompok-kelompok ekstrim ini, sebagaimana diungkapkan oleh
sebagian media massa Zionis. Penetapan tanggal baru untuk menghancurkan Masjidul
Aqsa juga mengindikasikan adanya koordinasi antara pemerintah Zionis dengan
kelompok Yahudi ekstrim. Diprediksikan, krisis ini akan terus berlanjut sampai
Tel Aviv mencapai tujuan jahat mereka.
Para pengamat politik menyatakan,
konspirasi baru kelompok ekstrim Yahudi terhadap Masjidul Aqsa sesungguhnya
berada dalam agenda Perdana Menteri Rezim Zionis, Ariel Sharon. Sebagaimana
diketahui, atas tekanan sekutu-sekutunya, Sharon terpaksa menyetujui program
pengosongan kawasan-kawasan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. Dengan meningkatnya
berbagai aksi kerusuhan dan munculnya ancaman-ancaman dari kelompok ekstrim
Yahudi, Sharon menjadi punya alasan untuk mengingkari janjinya mengosongkan
kota-kota Zionis di Jalur Gaza.
Sementara itu, janji pengosongan
kota-kota Zionis di Jalur Gaza, juga dimanfaatkan Sharon untuk membangun
kawasan-kawasan pemukiman baru di sekitar Baitul Maqdis. Dengan cara ini,
Masjidul Aqsa akan terkepung di tengah-tengah kawasan-kawasan pemukiman Zionis.
Selanjutnya, jumlah penduduk Zionis di Baitul Maqdis akan meningkat dan umat
Islam Palestina diusir keluar dari sana. Langkah ini disebut sebagai langkah
judaisasi Baitul Maqdis. Dalam sebuah media massa dimuat pernyataan seorang
ekstrimis Zionis yang mengatakan, “Orang-orang Yahudi tidak boleh merasa cukup
dengan sekadar membangun kembali Kuil Sulaiman menggantikan Masjidul Aqsa.
Mereka juga harus mengusir orang-orang Palestina yang tinggal di kawasan timur
Baitul Maqdis agar kota ini bersih dari identitas Palestina dan
Islam.”
Dalam rangka menguasai Masjidul Aqsa, Presiden Israel, Moshe
Katzav, juga mengajukan proposal lain, yaitu agar masjid ini dibagi dua antara
kaum Muslimin dan kaum Yahudi. Tujuan di balik proposal ini sudah jelas, yaitu
agar kaum Zionis memiliki akses yang lebih besar terhadap Masjidul Aqsa,
sehingga mereka dengan mudah dapat menghancurkannya. Mengingat bahwa proposal
Presiden Katzav ini diajukan dengan kerjasama antara pemerintah Zionis dan
kelompok-kelompok ekstrim Yahudi, terungkaplah kenyataan bahwa kedua pihak itu
sesungguhnya berada dalam satu front, yaitu ingin menghancurkan Masjidul Aqsa.
(irib)
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar