Senin, 22 April 2013

ISLAM ADALAH KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI

Ketika meneliti visi indah dari Nabi Daniel ((Daniel vii.) kita telah menyaksikan Nabi Muhammad saw dikawal oleh Malaikat yang jumlahnya banyak sekali dan dibawa ke hadirat yang mulia Yang Maha Abadi; bagaimana beliau mendengar kalimat-kalimat penghormatan dan kasih sayang yang tidak ada mahluk lain pernah menerima kehormatan semacam itu (2 Korinthia xii.); bagaimana beliau dimahkotai sebagai Sultan para Nabi dan dilengkapi dengan kekuatan dan kekuasaan untuk membinasakan "Binatang Keempat" dan "Tanduk Yang Menghujat". Selanjutnya kita melihat bagaimana beliau mendapat mandat untuk membangkitkan dan memproklamirkan Kerajaan Tuhan di muka bumi; bagaimana mungkin manusia genius itu bisa membayangkan kehormatan tertinggi yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada seorang pemuja yang tercinta dan kepada UtusanNya yang paling berharga yang hanya dapat dirujuk kepada Nabi Muhammad saw sendiri. Harus diingat bahwa di antara para Nabi dan Utusan Allah, hanya Nabi Muhammad saw sendiri yang menonjol bagaikan sebuah menara di atas semuanya; dan karya besar dan mulia yang dihasilkannya berdiri sebagai sebuah monumen yang permanen atas kehormatan dan keagungannya. Seseorang tidak dapat menghargai nilai dan arti penting Islam sebagai sebuah benteng yang unik terhadap penyembahan berhala dan penyekutuan Tuhan kecuali apabila Keesaan Tuhan yang mutlak diakui dengan segala kesungguhan. Jika kita menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang sama yang Nabi Adam dan Ibrahim mengenalNya, dan yang dipuja oleh Nabi Musa dan Nabi Jesus, maka kita tidak lagi mengalami kesulitan untuk menerima Islam sebagai suatu agama sejati dan Nabi Muhammad saw sebagai Pangeran semua Nabi dan Pengabdi Tuhan. Kita tidak dapat membesarkan keagungan Allah dengan memandangNya kini sebagai seorang "Bapak", kemudian sebagai seorang "Anak" dan di kesempatan lain sebagai suatu "Ruh Suci", atau membayangkan Dia sebagai memiliki tiga pribadi yang dapat diajak saling bicara dengan menggunakan tiga sebutan nama orang tunggal : aku, engkau, dia. Dengan cara yang begitu itu kita lalu kehilangan seluruh konsep sesungguhnya mengenai Yang Maha Mutlak, dan kita berhenti mempercayai Tuhan yang sesungguhnya. Dengan cara yang sama, kita tidak dapat menambahkan satu iota pun pada kesakralan agama dengan suatu lembaga beberapa sakramen yang tidak mempunyai arti sama sekali; tidak pula kita dapat mengambil santapan rohani bagi jiwa kita dari memberi makan kepada jenazah seorang nabi atau tuhan hasil inkarnasi; karena dengan berbuat begitu kita kehilangan semua gagasan tentang agama yang sejati dan sebenarnya dan sekaligus berhenti pula kita mempercayai agama itu. Tidak juga kita mampu sedikitpun mempromosikan kemuliaan Nabi Muhammad saw bila kita harus membayangkan beliau sebagai seorang anak Tuhan atau tuhan hasil inkarnasi; karena dengan cara begitu kita sama sekali pasti kehilangan Nabi dari Mekkah yang nyata dan yang merupakan tokoh dalam sejarah, dan tanpa sadar jatuh ke dalam jurang penyekutuan Tuhan. Keagungan Nabi Muhammad saw berupa keberhasilannya membangkitkan agama yang begitu mantap, sederhana dan sejati, dan dalam menerapkan secara nyata seluruh aksioma dan prinsip dengan ketepatan dan resolusi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bagi seorang Muslim sejati untuk menerima kepercayaan atau keyakinan lain selain daripada yang telah diikrarkannya dalam formula:"Saya percaya bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah". Dan syahadat ini akan berlanjut menjadi keyakinan bagi setiap orang beriman sejati kepada Allah hingga Hari Kebangkitan.
Pemusnah Agung atas "Tanduk Kesebelas" yang merupakan personifikasi Constantine yang agung dan Gereja Tritunggal, bukan seorang Bar Allaha ("Anak Tuhan"), akan tetapi seorang Bar Nasha ("Anak Manusia) dan tidak lain adalah Nabi Muhammad al-Mustapha saw yang sebenarnya mendirikan Kerajaan Tuhan di bumi. Kerajaan Tuhan inilah yang kini akan kita teliti dan interpretasikan. Perlu diingat, bahwa janji yang tersebut di bawah ini seperti yang diungkapkan oleh Daniel telah dibuat ketika Sultan seluruh Nabi itu menghadap Yang Maha Suci:
"Kerajaan dan kekuasaan dan kebesaran kerajaan di seluruh bumi akan diberikan kepada orang-orang Kudus milik Yang Maha Tinggi; kerajaannya (orang-orang Kudus itu) (akan menjadi) sebuah kerajaan yang abadi, dan semua kekuasaan akan mengabdi dan tunduk pada kerajaan itu" (Daniel vii. 22-27).
Ungkapan dalam pasal nubuah ini bahwa Kerajaan Tuhan akan terdiri dari: "orang-orang Kudus milik Yang Maha Tinggi", dan bahwa seluruh kekuasaan lainnya akan mengabdi dan tunduk pada orang-orang itu, jelas menunjukkan bahwa dalam Islam, agama dan negara adalah satu dan tubuh yang sama, dan dengan sendirinya tidak terpisahkan. Islam bukan saja agama Tuhan, tetapi juga KerajaanNya di muka bumi. Agar dapat membentuk sebuah gagasan yang jelas dan benar mengenai sifat dan konstitusi "Kerajaan Tuhan di bumi", dirasa perlu untuk sekejap melihat pada sejarah agama Islam sebelum agama itu disempurnakan, dilengkapkan, dan dengan resmi ditetapkan oleh Tuhan Sendiri di bawah UtusanNya Muhammad saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar