Senin, 22 April 2013

Geger Dukun Hamil Haji Jaya Bekasi

Seribu Jurus Mengubah Mandul Jadi Manjur
imageLIMA tahun lamanya pasangan Yayan Hendayana dan Lani Mayasari hidup dalam penantian. Sejak keduanya menikah pada April 1998, rumah tangganya sepi. Tangisan si buyung yang ditunggu tak jua terdengar. Yayan sih sudah rajin "mengunjungi" Lani, namun kandungan istrinya tetap saja kosong. Upaya terapi pun telah dilakoni, walaupun baru sebatas pengobatan alternatif yang berbiaya murah. Maklumlah, sebagai sopir angkutan kota jurusan Munjul-Pasar Rebo, Jakarta, isi kocek Yayan jauh dari cukup untuk biaya pengobatan ke dokter kandungan. Sudah tak terhitung lagi jumlah "orang pintar" yang dimintainya tolong. Dari sekadar memohon doa sampai mendapat pijat kandungan. Namun, hasilnya tetap nihil.

Di tengah rasa putus asa, Yayan mendapat saran ayahnya agar minta tolong ke Haji Jaya, orang yang disebut-sebut bisa membantu pasangan suami-istri yang mandul menjadi subur. "Sejak April lalu, saya mulai memenuhi anjuran itu," katanya.

Sungguh beruntung pasangan Yayan dan Lani. Kala kunjungan yang ketiga, Pak Haji menyatakan Lani hamil. Sejak itu, wanita berusia 24 tahun ini tak pernah datang bulan. Perutnya terus menggelembung. Menurut perhitungannya, usia kandungan bakal menginjak empat bulan pada Kamis pekan depan. "Semuanya berjalan normal," kata Lani. Benarkah? Setidaknya Lani butuh sekitar lima bulan lagi untuk membuktikan si jabang bayi benar-benar lahir selamat.

Yayan dan Lani hanyalah satu contoh dari seabrek pasangan suami-istri yang kesulitan mendapat keturunan karena punya masalah pada tingkat kesuburan organ reproduksinya. Memang belum ada angka resminya. Namun, temuan lapangan para dokter ahli kandungan dan kebidanan angkanya 15% hingga 20% dari total pasangan suami-istri usia subur. Artinya, dari 50 juta pasangan usia subur yang tercatat di Indonesia, sekitar 7,5 juta hingga 10 juta pasangan tidak subur.

Menurut Dokter Boyke Dian Nugraha, ahli kandungan dan kebidanan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pasangan dikatakan tidak subur kalau selama satu tahun setelah perkawinannya tak kunjung dikaruniai keturunan. Padahal, mereka berhubungan intim secara teratur dan tidak memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.

Siapa yang jadi biang ketidaksuburan? Pihak suamikah atau istri? Hampir semua kalangan medis menyebut kedua pihak punya andil sama. Yakni 40% disebakan oleh laki-laki, dan 40% lainnya oleh perempuan. Sedangkan sisanya diakibatkan faktor luar, misalnya lingkungan.

Untuk kalangan pria, kata Prof. Dr. Nukman Moeloek, SpAnd, guru besar andrologi dan biologi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), menyatakan bahwa banyak hal yang membuat "senjata"-nya jadi tumpul. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga penyebab. Yakni, kemandulan sebelum testis, kemandulan pada testis, dan kemandulan sesudah testis.

Lebih jauh, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi Indonesia itu memaparkan, kemandulan sebelum testis dapat disebabkan, misalnya, gangguan kelenjar di otak yang berfungsi menghasilkan hormon follicle simulating hormone (FSH) dan leutinizing hormone (LH). FSH, kata Nukman, tugasnya memberi makanan ke testis. Adapun LH merangsang hormon testosteron yang dibutuhkan sperma agar "greng" menghasilkan anak.

Sedangkan gangguan pada testis, misalnya, terjadi karena sperma yang dihasilkan terlalu lemah dan jumlahnya sedikit. Di bawah angka cukup untuk membuahi sel telur, 20 juta hingga 200 juta per ml. Dalam kondisi ini, sperma tak kuasa berenang hingga sampai ke sel telur. Adapun kemandulan sesudah testis bisa disebabkan infeksi yang terjadi pada saluran alat kelamin. Infeksi bisa muncul akibat serangan mikroorganisme, seperi Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrcheae, dan Mycoplasma hominis.

Pada kalangan wanita, penyebab kemandulan bisa karena kegagalan pelepasan sel telur, infeksi pada saluran sel telur, serta gangguan pada selaput lendir rahim dan leher rahim. Bisa pula karena indung telur betul-betul tak menghasilkan sel telur yang matang sehingga sulit diovulasi dan masuk ke seluran telur. Penyebabnya, kata Boyke, "Bisa saja karena stres."

Bagi dunia kedokteran, dapat dikatakan semua penyebab ketidaksuburan ini bisa dipecahkan. Dari terapi pemberian obat penyembuh infeksi saluran reproduksi hingga teknologi tercanggih pembuatan bayi tabung (lihat: Dari Inseminasi Hingga ICSI). Namun, angka keberhasilannya belum sampai mencapai 100%. Program bayi tabung, misalnya, menurut Dr. Soegiharto Soebijanto, ahli bayi tabung dari Fakultas Kedokteran UI, tingkat suksesnya baru mencapai 20% hingga 30%.

Kendala lainnya ada pada biaya pengobatan yang mahal. Pada program bayi tabung, contohnya, kata Soegiharto kepada Cecep Risnandar dari GATRA, "Untuk satu prosedur saja butuh Rp 30 juta." Angka ini tentu terasa berat bagi kebanyakan penduduk Indonesia yang hidup jauh dari kemakmuran. Karenanya, banyak pasangan suami-istri bermasalah memalingkan muka ke cara-cara pengobatan alternatif. Sejumlah orang yang dikatakan "pintar" bisa mengobati berbagai penyakit, termasuk masalah kemandulan, menjadi tumpuan harapan.

Di Jakarta, satu di antara orang pintar yang diantre pasien adalah Pak Sobri. Pria yang berpraktek di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur, ini biasanya memberikan terapi dengan cara mengurut pada bagian kaki, leher, dan tangan. Si pasien pun biasanya pantang mengonsumsi sejumlah makanan, seperti cokelat, daging jeroan, dan sayur asem. Tak lupa pula, Pak Sobri memberi obat berupa kapsul yang harus diminum pasien setiap hari.

Dari Jawa Timur, reputasi Mbah Kamah, warga Dusun Slombok, Desa Plemahan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, sudah lama kesohor bisa membuat pasangan mandul jadi manjur. Nenek yang masih sigap di usia 98 tahun ini pun melakukan terapi lewat pijatan, tapi lebih tertuju pada bagian perut si pasien. Proses pemijatan diakhiri pembacaan mantra, yang intinya memohon kepada Allah agar pasiennya diberi keturunan.

Mbah Kamah pun memakai ramuan jamu untuk membuat rahim lebih subur. Hanya saja, jamu itu harus dibuat sendiri oleh pasien. Nenek yang praktek sejak 1945 ini hanya menyebut bahan-bahannya, yakni kunir, sinom, daun sarap, ketumbar, dan garam. Tak cukup sampai di situ. Selama dalam perawatan, pasien pantang makan ikan kuthuk (gabus) dan daun kemangi. "Itu sumber penyakit," kata Mbah Kamah kepada Nurul Fitriyah dari GATRA, sambil menyeringai memperlihatkan deret giginya yang masih utuh (lihat: Terapi Pendulum Pakaian Dalam).

Keahlian serupa dimiliki Mbah Hardjo. Warga Kampung Candi Losmen, Tanah Putih, Semarang, Jawa Tengah, ini terkenal dapat membantu menyuburkan kandungan lewat pijatan pada bagian perut. Tujuannya, agar posisi kandungan sesuai pada tempatnya, sehingga aliran sperma tak terhambat. Biasanya proses terapi berlangsung empat hingga lima bulan, setiap bulan dilakukan satu pemijatan.

Jika letak kandungan sudah benar tapi tak juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan, Mbah Hardjo angkat tangan. Sebab, yang bermasalah kemungkinan ada pada pihak laki-laki. Kalau sudah begitu, ia menyarakan agar si suami memeriksakan diri ke dokter. "Yang diperiksa spermanya. Subur atau mandul," kata nenek berusia 85 tahun ini kepada Syamsul Hidayat dari GATRA.

Ada kesamaan terapi yang dilakukan "orang-orang pintar" itu, yakni lewat pemijatan. Cara ini dikenal sejak peradaban Mesir dan Cina kuno. Biasanya pijatan dilakukan pada titik-titik tertentu di telapak tangan dan kaki. Diyakini, telapak kaki merupakan peta mini keadaan tubuh. Urat-urat sarafnya terhubung dengan seluruh organ tubuh, termasuk saluran telur.

Dunia medis kini tengah menyelidiki secara ilmiah ihwal kaitan pijatan dengan tingkat kesuburan. Hasil percobaan klinis ahli pijat refleksi Jane Holt selama dua tahun di Derrifor Hospital, Inggris, menunjukkan, 13 dari 23 wanita yang menjalani pengobatan masalah kesuburan dapat hamil setelah menjalani pijat refleksi. Sedangkan di Denmark, dari 61 wanita yang dipijat, 19 perempuan bisa hamil dalam tempo enam bulan.

Namun, pengobatan alternatif di Indonesia tak semuanya mengandalkan pemijatan. Satu di antaranya ditempuh Haji Jaya, ''orang pintar'' yang dimintai tolong oleh pasangan Yayan dan Lani. Seperti dituturkan Lani, riual pengobatan dimulai dengan menulis nama pasangan pasien di secarik kertas yang sudah tersedia. Kemudian Pak Haji memegang tangan sang suami sambil membaca doa. Setelah itu, giliran istri yang mendapat perlakuan sama. "Prosesnya hanya beberapa menit," kata Lani.

Jika sudah selesai, Tantular Wirta Sanjaya --demikian nama lengkap Haji Jaya yang tertera di atas kartu namanya-- menyuruh pasangan itu minum jamu yang bisa dibeli di Toko Jamu Mustajab, warung jamu miliknya yang tak jauh dari tempat Haji Jaya berpraktek. Jamu serbuk berkode 52 itu terbungkus dalam dua bagian, satu untuk suami dan satunya lagi untuk istri.

Tampilannya nyaris tak ada beda. Berwarna cokelat dan dibungkus kantong plastik transparan. Yang jadi pembeda hanya tulisan spidol "Bpk" untuk suami dan "Ibu" untuk istri, yang tertera pada kemasannya. Pasangan suami-istri itu harus menyeduh dan meminum jamu setiap hari, plus "berobat" rutin satu kali sepekan.

Seperti di tempat pengobatan alternatif lainnya, tak ada data yang bisa menunjukan tingkat keberhasilan pengobatan ala Haji Jaya. Yang bisa jadi tolok ukur mungkin banyaknya pasien yang terus menjalani terapi dengan perut jadi buncit. Sukses ini pula yang membuat tempat prakteknya yang mirip jongko di Gang Tipar, Jalan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur, kebanjiran pasien.

Ketika GATRA berkunjung, Rabu pekan lalu, sedikitnya ada 30 pasangan yang antre untuk konsultasi. Pemandangan ini terus berlangsung dari pagi hingga malam. Konon, jumlah pasien Haji Jaya bisa mencapai 300 orang per hari. Atau secara keseluruhan diperkirakan mencapai 2.000 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru. "Ada yang dari Bandung, Tasikmalaya, malah dari Sumatera pun ada," kata Lani.

Tak hanya cara pengobatannya, figur Haji Jaya pun tergolong unik. Walau terbuka, pria setengah baya ini tak mau dipublikasikan. Bicaranya ceplas-ceplos dan meletup-letup. Jika pasien wanita datang pakai celana panjang, misalnya, Pak Haji tak segan-segan membentak: "Setan kamu!" "Jika tak kuat mental, bisa-bisa tersinggung," tutur Lani. Tongkrongannya pun biasa saja. Tanpa peci, apalagi serban. Bajunya pun cukup kaus dan celana panjang biasa.

Begitu pula tempat prakteknya yang hanya memanfaatkan ruang kosong di areal bengkel mobil miliknya. Tak ada kamar ataupun bilik pengobatan. Paling hanya tersedia lima bangku kayu panjang --mirip tempat duduk di warung tegal-- yang tertata secara paralel. Di tengahnya teronggok meja kayu plus kursi tempat Haji Jaya duduk.

Meski tampil alakadarnya, sosok Haji Jaya belakangan makin jadi buah bibir. Namun, kali ini yang berembus justru kabar miring. Beragam cerita yang memojokkan Haji Jaya tersebar di surat elektronik jalur maya alias internet. Disebut-sebut, Haji Jaya hanya menjual kebohongan. Kehamilan yang terjadi pada pasien palsu belaka. Banyak yang usia kandungannya tak wajar, sampai 16 bulan lamanya. Tapi, ketika melahirkan, yang keluar hanya cairan warna hijau dan ususnya membesar.

Ada juga cerita yang isi perutnya ternyata melompong setelah di-ultrasonografi. Bahkan ada yang perutnya langsung kempis kala diperiksa dokter kandungan. Hal-hal mistis pun ikut membumbui cerita. Dikatakan bahwa janin yang tertanam bukanlah bayi manusia, melainkan anak jin. Seorang perempuan yang mengaku bernama Misty A. Maitimoe, misalnya, bertutur bahwa ia jadi pasien Pak Haji setelah menunggu kehamilan selama enam bulan. Hasilnya cespleng. Setelah minum jamu, menstruasinya terhenti, mual-mual, dan perutnya membesar.

Namun, hingga kandungannya melewati usia sembilan bulan, jabang bayi tak juga merojol. Warga Jakarta ini lantas pulang kampung ke Semarang. Kebetulan di sana ada sanak keluarganya yang paranormal. Setelah "dilihat" disimpulkan, yang ada di dalam kandungan bukanlah bayi. Untuk membuktikannya, Misty berangkat ke dokter kandungan. Hasilnya benar saja, perutnya tak berisi orok. Tiga hari berselang, ia mengalami pendarahan dan perutnya kembali rata.

Kabarnya, Misty sempat memeriksakan kandungan jamu pemberian Haji Jaya ke laboraturium. Hasilnya, ramuan tradisional ini mengandung 12 unsur. Sebelas di antaranya berfungsi menambah nafsu makan dan memperbesar usus. Sedangkan unsur yang satunya lagi belum ketahuan faedahnya.

Benarkah Pak Haji melakukan praktek mistis, dan kehamilan yang dibuatnya hanya semu? Semuanya itu masih perlu pembuktian yang tak gampang. Apalagi, tak ada satu pun korban yang mau mengaku terus terang telah dirugikan. Sumber GATRA menuturkan, kakak perempuannya kini tengah hamil 16 bulan setelah ditolong Pak Haji. Namun, sang kakak masih juga belum memperlihatkan tanda-tanda akan melahirkan. Semua anggota keluarga menyarankan dia untuk berobat ke dokter. Bukannya nurut, sang kakak malah trauma, lebih sering menyendiri.

Tudingan bahwa jamu Pak Jaya biang membengkaknya perut pun belum teruji. Sebab, hingga kini belum diteliti secara resmi di laboratorium. Kepada Rini Anggraini dari GATRA, Haji Jaya mengaku baru akan bertandang ke Badan Pengawas Obat dan Makanan pekan ini, guna membicarakan ihwal jamunya. Namun, Pak Haji membantah anggapan bahwa obat tradisional itu diraciknya sendiri. Menurut dia, obat tradisional itu dibeli dari pabrik jamu yang tak jauh dari bengkelnya.

Frans D. Suyatna, farmakolog pada Fakultas Kedokteram UI, mengaku tidak tahu ada zat yang punya efek membesarkan usus atau menimbun cairan dalam darah. "Saya pikir tidak ada itu," katanya. Yang ada, kata Frans, zat kartekosteroid yang membuat tubuh jadi gemuk dan otot membesar. Frans juga mengaku, satu setengah tahun silam pernah kedatangan pasien yang hamil palsu lewat pengobatan alternatif. Setelah diperiksa, ternyata di dalam perutnya ada kista. "Sebelumnya ia dilarang memeriksakan diri ke dokter," kata Frans.

Benarkah jamu Pak Haji bisa menumbuhkan kista? Ahli obat-obatan lainnya, Hedi Rosmiati, berkomentar, "Sulit membuktikan apakah kista itu benar-benar disebabkan oleh obat yang diminum." Selama ini, menurut dia, penelitian terhadap jamu lebih fokus pada manfaatnya. "Sedangkan efek sampingnya jarang diteliti," katanya.

Haji Jaya sendiri tak ambil pusing terhadap cerita miring yang mengarah pada dirinya. "Saya tak mau menanggapi satu berita apa pun di bumi ini mengenai saya. Itu adalah fitnah," kata Haji Jaya, yang mengaku sudah lama membaca berita itu. Ia juga punya versi sendiri ihwal kandungan pasiennya yang tiba-tiba kempis. Menurut dia, itu terjadi karena kliennya melanggar pantangan. Misalnya, sang suami tak cinta lagi pada istrinya. Atau sang istri melawan suami.

Ada juga larangan memeriksakan kandungan ke dokter sebelum diizinkan olehnya. Toh, kalau semua prosedur dijalankan, malapetaka yang ditakutkan bakal terhindar. Sutomo, pegawai satuan pengamanan sebuah perusahaan swasta di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, misalnya, mengaku telah memeriksakan kandungan istrinya ke bidan setelah mendapat restu Pak Haji. Hasilnya, bidan menyatakan istrinya positif hamil dan usia kandungannya empat bulan. "Mudah-mudahan anak saya lahir selamat," kata suami yang sembilan tahun menanti momongan itu. Terbuktikah?

Hidayat Gunadi, Amalia K. Mala, Rury Feriana, dan Hatim Ilwan
[Laporan Utama, GATRA, Edisi 38 Beredar Senin 4 Agustus 2003]

Ketika Dukun Menjadi Alternatif Mencari Keturunan

JAKARTA - Bagi orang kebanyakan, anak atau keturunan merupakan bagian yang sangat penting dari tujuan sebuah pernikahan. Dalam masyarakat, citra sebuah keluarga tanpa anak akan menjadi sesuatu hal yang melahirkan perguncingan.

Sebut saja Hana dan Yuni (bukan nama sebenarnya) adalah bagian dari keluarga yang pusing dengan perguncingan karena tidak mempunyai anak. Kedua wanita ini sudah menjalani kehidupan berumah tangga selama lebih dari tujuh tahun.

Berbagai macam terapi dari dunia kedokteran ditambah lagi berdoa kepada Tuhan sudah dilakukan agar harapan untuk memperoleh keturunan segera dikabulkan oleh-Nya, namun ternyata belum juga. Dari segi medis, Hana dan Yuni serta pasangan mereka dinyatakan subur, yang artinya mampu memberikan keturunan.

Sampai pada suatu waktu, Hana melalui temannya mendapat informasi bahwa di Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur, ada seseorang yang bernama Haji Jaya yang mampu membantu kehamilan bagi wanita yang menginginkan keturunan. Kerinduan yang besar untuk memiliki keturunan kemudian membawa Hana kepada pengobatan alternatif itu.

Dari situ, ia disarankan untuk mengonsumsi jamu yang diberikan oleh Haji Jaya. Harga sebungkusnya Rp 25.000 untuk konsumsi satu minggu dan kembali lagi untuk pemeriksaan berikutnya. Selain itu perutnya juga diurut oleh seseorang yang sudah ditentukan.
”Tapi nggak dibolehkan periksa ke dokter sebelum waktunya,” ujar Hana. Sekali lagi, karena keinginan punya anak, kecurigaan itu diabaikan.
Setelah berobat rutin, di bulan Oktober 2002 Hana pun dinyatakan hamil oleh Pak Haji. Dan memang benar, gejala kehamilan mulai tampak. Apa yang dinamakan ”morning sickness”, mual, pusing-pusing, semua dialami Hana.
Dalam proses menjalani pengobatan itu perasaan antara senang, ragu, gelisah bercampur aduk. Setelah bersosialisasi dengan sesama pasien Haji Jaya, ternyata makin banyak keganjilan yang didapatinya dengan pengobatan alternatif milik Haji Jaya. Ada yang sudah memasuki bulan ke-18, namun belum ada tanda-tanda akan ada kelahiran, ada yang kandungannya sudah 9 bulan namun tiba-tiba perutnya kempes dan mengeluarkan cairan hijau.

Suatu ketika Hana yang oleh Haji Jaya dinyatakan mengandung 8 bulan bertemu secara tidak sengaja di Cempaka Mas Shophouse dengan Yuni yang ternyata sama-sama pasien Haji Jaya. Usia kandungan Yuni pada saat itu sudah 12 bulan namun tanda-tanda kontraksi belum juga datang.
Untuk mengetahui yang sebenarnya, Hana kemudian memeriksakan kandungannya ke sebuah rumah sakit untuk di-USG (ultrasonograph). Hasilnya, membuat dirinya panik karena ternyata tidak ada orok bayi dalam kandungannya, begitu pula dengan Yuni.

Kandungannya tiba-tiba hilang dan perutnya kempes begitu saja. Tangis dan linangan air mata tidak cukup untuk menyesalinya saja. Jamu yang diberikan Haji Jaya kemudian dibawa ke sebuah laboratorium untuk diperiksa kandungannya.
Ternyata, dari hasil pemeriksaan menunjukkan dari 12 unsur yang terdapat dalam jamu itu 11 unsur me-ngandung penambah nafsu makan dan pembesaran usus. Satu unsur lainnya tidak dapat dijelaskan oleh pihak laboratorium.
”Bagaimana mau mengukur usianya kalau bayinya tidak ada di rahim. Sama sekali tidak ada detak jantung, tapi setelah diperiksa mereka nggak datang lagi,” ujar seorang suster kepada SH.
Menurut keterangan suster tersebut, almarhum Dokter Sarkun yang pernah menangani salah satu pasien Haji Jaya mengatakan unsur yang terdapat di dalam jamu yang diberikan oleh Haji Jaya adalah gabungan unsur-unsur yang dapat menyebabkan nafsu makan bertambah, membuat mual-mual, pusing dan menghentikan mens.
Kesemua unsur itu mewakili apa yang dirasakan seorang wanita pada saat hamil. ”Ibu bodoh mau dibodoh-bodohin. Kalau hamil pasti diketahui melalui alat ini (USG),” kata suster tersebut menirukan Dr. Sarkun saat itu.
Selain itu, Dr. Rina juga mengaku sudah mendapatkan beberapa pasien dari Haji Jaya yang juga datang hanya untuk USG dan hasilnya juga sama, kosong. Namun anehnya, anjuran kepada pasien untuk tidak meneruskan pengobatan kepada Haji Jaya tidak pernah ditanggapi oleh para pasien.
”Kalau masalah ini urusan saya dengan Tuhan saja dokter,” ujar Dr Rina mengulang ucapan sang pasien.

Praktik di Warung Jamu
Pengamatan SH, lokasi praktik Haji Jaya dilakukan di sebuah warung kelontong di lahan bengkel mobil di Jalan Tipar, pertigaan Jalan Raya Bobor-Cibubur. Antrean ibu-ibu ”hamil”yang memakai rok (salah satu syarat-red) memadati halaman bengkel itu.
Sementara itu, Pak Haji duduk dengan santai seraya sesekali kacang dan buah kelengkeng yang berada di hadapannya dilahapnya. ”Ibu sudah berapa kali…udah ada tandanya kan? Sana urut lagi,” katanya kepada salah satu pasien sambil memegang tangan seolah-olah meraba-raba nadi si pasien.
Praktik pengobatan alternatif milik Haji Jaya menurut salah satu karyawan bengkel yang ditemui SH mengatakan sudah dibuka sejak tiga tahun lalu yang dilakukan setiap hari kecuali pada hari Kamis dan dilaksanakan di dua tempat.
Tempat pertama di bengkel tersebut yang dimulai dari jam 15.00 WIB hingga 21.00 WIB. Bagi pasien yang ingin diperiksa malam juga dibuka tidak jauh dari tempat itu tepatnya di sebuah warung jamu ”Jaya Mutajab” di Jalan Raya Bogor Km 27, mulai pukul 21.00 WIB sampai 02.00 WIB.
Percaya tidak percaya, pasien yang datang kepada Pak Haji menganggap keberadaannya sebagai petunjuk dari Tuhan atas permasalahan pelik yang selama ini tidak ada solusi untuk mengatasinya. Pasangan Ibu dan Bapak Sitorus misalnya, tanpa mengecilkan arti kebahagiannya, pasangan ini menganggap Haji Jaya adalah bantuan dari Tuhan kepada mereka. (SH/rafael sebayang)
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0307/25/jab06.html

A True Story - Haji Jaya

Saya nggak yakin ini benar atau tidak. Tapi sebaiknya berhati-hatilah.

Aku cuma mau berbagi pengalaman aku, maksudku disini bukan untuk menakut-nakuti tapi karena aku enggak kepingin ada orang lain yang mengalami.

Aku sudah married selama 6 tahun lebih dan kami belum dikarunia anak. Kami sudah berobat ke dokter dan dinyatakan keduanya normal, dalam arti kata tidak ada masalah (mungkin hanya waktunya saja belum sampai). Keluarga (aku dan suami) sudah banyak yang menanyakan hal itu dan hal itu membuat kami agak merasa sedikit tertekan.

Suatu saat ada seorang teman yang menyarankan supaya berobat ke haji Jaya di Cibubur krn temanku berobat ke sama dan sekarang sudah dinyatakan hamil 6 bulan.

Awalnya aku merasa ragu karena dengan pengobatan alternatif ini berarti sebagai seorang Muslim kita telah menduakan Allah swt. Tapi karena keinginanku untuk memiliki anak sangat besar dan melihat temanku sudah dinyatakan hamil itu, maka aku mulai percaya dan ingin mencoba.

Pertama kali ke sana aku bingung bercampur herheran dan ternyata banyak sekali pasiennya Pak haji Jaya. Dalam menjalani pengobatan alternatif ini, aku diberi semacam jamu-jamuan yang harus aku minum setiap hari.

Saat pertama kali minum jamu itu, malam harinya aku mimpi diperkosa" oleh mahluk yang tidak bisa aku jelaskan bentuknya?yg pasti bukan manusia. Saat itu aku takut sekali tapi krn keinginan untuk mempunyai seorang anak sangatlah besar maka hal itu aku acuhkan saja. Aku terus berobat rutin ke sana. Sampai pada saat itu (Oktobober 2002) aku dinyatakan hamil oleh pak haji tapi dengan syarat tidak boleh periksa ke dokter. Sebenarnya aku udah merasakan keganjilan krn kok tidak boleh periksa ke dokter, nggak boleh test peck dan aku masih tetap mendapatkan haid setiap bulannya tapi nggak tahu ada perasaan untuk tetap ikut sarannya pak haji. Waktupun berjalan terus, gejala kehamilan pun mulai nampak. Aku mengalami apa yg dinamakan "morning sickness" muntah2 tiap pagi setelah sikat gigi.

Hari ke hari nafsu makanku jadi gila22an dan akibatnya berat badanku naik seminggu 3-4 kg. Dalam proses menjalani pengobatan alternatif ini, perasaan aku bercampur aduk antara senang, ragu, berdebar-debar dan gelisah menjalani semua ini.

Seiring waktu berjalan, aku mulai mendengar dadan semakin banyak Mendengar keganjilan-keganjilan yang terjadi pada para pasiennya pak haji Jaya, seperti berikut ini :

1. Teman kakakku yang kerja di gedung BRI II, saat ini dia masih mengandung dan sudah memasuki bulan ke 18, tetapi belum ada tanda2 akan melahirkan, tidak ada kontraksi sama sekali.

2. Saudara sepupu temanku ada yang sampai stress dan depresi karena ketika usia kandungannya 9 bulan tiba2 kandungannya itu menghilang begitu saja (perutnya kempes). Yang ada hanya cairan berwarna hijau yang keluar dari perutnya.

Aku saat itu tidak percaya karena aku pikir mereka hanya menakut-nakuti aku saja dan bahkan aku punya pikiran kalo mereka iri sama aku. Saat itu memang aku sepertinya dalam keadaan emosi, "tidak seperti" aku sebenarnya jadi gampang marah, sedih dan sebagainya. Yang anehnya kepercayaanku kepada pak haji Jaya tidak pernah berubah.

Aku begitu yakin kalau kehamilanku akan berhasil.

Sehingga pada suatu waktu, ketika aku tengah menunggu suamiku sku di Cempaka Mas shophouse, aku berkenalan dengan mbak Yuni yang pada saat aku kenalan tengah mengandung dan dalam hitungan hari akan melahirkan.

Setelah kita ngomong2 ternyata kita berdua adalah pasien dari Pak Haji Jaya dan ternyata mbak Yuni itu telah mengandung 12 bulan dan pak Haji Jaya-lah yang mengatakan bahwa mbak Yuni akan melahirkan beberapa hari lagi. Tapi pada saat itu mbak Yuni belum merasakan kontraksi2 sama sekali.

Karena aku merasa sebagai teman sepenanggungan maka kita bertuka tukar nomor telepon. Saat itu usia kandunganku jalan 8 bulan.

Aku memutuskan untuk pulang ke Semarang ke rumah orang tuaku sambil mohon doa untuk kandunganku ini. Di Semarang kebetulan aku bertemu dengan salah satu saudaraku yang mempunyai kelebihan supranatural. Saat itu dia memperingatkan aku bahwa di dalam kandunganku itu adalah "bukan bayi biasa karena dia mempunyai kuping panjang dan kulit yang sangat hitam" A'uzubilah Minzalik?aku saat itu lemas sekali dan hancur perasaan ini.

Aku berdoa mohon petunjuk Allah SWT, Tahajud, shalat Tasbih, Shalat Taubat semua aku lakukan. Aku sudah pasrah pada kehendak Allah. Aku mohon kepadanya bila memang yang ada di dalam adalah bukan mahluk-Nya maka aku Ikhlas, Aku minta ampun karena aku telah memusrikannya.

Seperti telah ditunjukkan Allah, maka aku nekat pergi ke dokter untuk malakukan USG (Yang artinya telah melanggar aturan dari Pak Haji Jaya) tapi..Masya Allah ternyata hasil USG ku menunjukkan bahwa tidak ada apa2 didalam rahimku. Malah yang Dokter katankan aku mengidap tumor dan pembengkakan usus. Aku pasrah saat itu, maka kami sekeluarga juga minta tolong kepada orang yang kami anggap "pintar" untuk menghilangkan apa yang ada didalam, dan disarankan untuk mengadakan pengajian dan terus berdoa minta ampun pada Allah.

Tidak lama kemudian, ? 3 hari aku mendapat mens, keluar darah dan perlahan2 perutku mengempis dengan sendirinya. Allhamdullilah Allah telah memberikan hidayahnya, dia masih sayang sama aku. Aku melanjutkan pengobatan tradisional dengan cara minum kunyit dan benalu untuk membersihkan perutku.

Kemudian aku kembali ke Jakarta dan sampai di Jakarta aku langsung telepon ke mbak Yuni untuk menceritakan pengalamanku ini ternyata Masya Allah ! ternyata mbak Yuni langsung menangis2 kepadaku dan bercerita kalo kandungannya hilang begitu saja. Aku kuatkan hati mbak Yuni dan kami berdua sama2 menangis karena merasa sebagai korban penipuan yang sangat keji.

Setelah aku pulih maka aku banyak mengumpulkan informasi2 dari rekan2 lain yang mempunyai pengalaman yang sama dengan diriku. Oh ya, mbak Yunipun melakukan hal yang sama, dan oleh mbak Yuni Jamu yang diberikan oleh pak Haji dibawa ke laboratorium untuk d diperiksa dan ternyata hasil pemeriksaan memang mengandung 12 unsur yang 11 unsurnya terdiri dari unsure menambah nafsu makan, unsure pembesaran usus dll. Tetapi yang anehnya adalah mereka tidak bisa menjelaskan 1 unsur lainnya.

Dengan semua informasi yang aku dapatkan, aku berkesimpulan bahwa dari sekian ratus pasien pak Haji Jaya ternyata hampir semuanya tidak ada yang berhasil. Seandainya itupun berhasil ternyata bayi yang dikeluarkan adalah mahluk jin semata. Yang aku dengar dari si si bayi yang terlahirkan itu, perilaku nya tidak seperti bayi bayi lainnya.

Porsi makannya sangat berlebihan dan bila matanya berdelik sangat menyeramkan. Astaghfirullah !!

Aku berpendapat bahwa motif dari Pak Haji Jaya dalam melakukan pengobatan alternatif ini adalah untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang cepat.

Sebenarnya Pak Haji Jaya adalah orang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk dapat mengobati pasien patah tulang akan tetapi dia telah menyalah gunakan ilmunya dengan cara bersekutu dengan mahluk Jin.

Teman2 Aku membagi pengalamanku ini karena aku merasa sangat perlu dibagi karena jangan ada lagi yang tertipu dengan cara demikian. Anak adalah amanah dari Allah yang harus kita jaga, maka jikalau Allah belum berkehendak untuk memberikan amanahnya kita harus sabar dan jangan memaksakan diri.

Ingatlah bahwa cara2 yang berhubungan dengan alam ghaib sangatlah dibenci Allah.

Percayalah teman2.... Allah Maha Pengasih dan Pemurah... Setelah kejadian dibulan Juni yang lalu, aku hanya bisa pasrah kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar