Senin, 22 April 2013

Syariat Jahiliyah, Rejeki Setan dimakan SilumanSegera, Baywatch Mesir

imageDavid Hasselhoff, aktor sekaligus produser film Hollywood, menjadi sangat terkenal bukan karena mempunyai mobil yang bisa ngomong bernama Kitt (film ''Knight Rider'', pernah ditayangkan RCTI). Nama aktor keturunan Jerman itu melambung setelah sukses menggarap film seri televisi berjudul Baywatch.

Sedikitnya 30 negara di dunia menayangkan film yang menceritakan tentang penjaga pantai yang bertugas menyelamatkan para turis yang datang ke sana. Pakaian para pemainnya, khususnya yang perempuan, sangat ''aduhai''. Mengenakan bikini minim warna-warni dan berlenggak-lenggok di pantai, jutaan mata pun terpana menyaksikan film itu.

Namun, jika melihat siapa yang bermain, yakni para bintang film Barat, bisa dimafhumi. Peran seperti itu lumrah dilakukan. Di Amerika Serikat (AS) nilai-nilai kebebasan sangat diagungkan. Film seperti itu pun diterima. Malah, meniru istilah film-film bioskop, Baywatch masuk ke dalam box office (film laris).

Ketenaran itu memunculkan ide baru seorang Yousef Mansour, aktor mesir, untuk membuat Baywatch yang dibintangi artis-artis Mesir. Film ini tidak hanya dipasarkan di negara-negara Arab. Mansour berencana akan menjualnya ke Barat, sebagai upaya memperkenalkan bintang-bintang Arab. ''Saya ingin artis Arab dikenal Hollywood,'' katanya seperti dikutip majalah GQ edisi Oktober 2003 terbitan New York, AS.

Mansour tampaknya bosan dengan pencitraan Mesir yang selalu melekat dari unta dan piramid. Memang, selama ini film-film tentang Mesir lebih banyak menonjolkan kedua aspek itu. Mansour pun ingin perubahan dan berencana membuat film yang ''cantik'' dan ''menawan''.

Sebuah perusahaan film Amerika dia gandeng. Sylvester Stallone termasuk salah seorang yang memiliki saham di perusahaan itu. Bersama perusahaan Hollywood itu, Mansour akan menggarap film ''cantik'' yang kemungkinan besar adalah Baywatch ala Mesir.

Kabar tentang adanya keinginan membuat Baywatch Mesir berhembus kencang di negeri Firaun itu belakangan ini. Mansour sendiri menolak anggapan akan membuat film seri seperti itu. Dia mengaku memang sedang menyiapkan film ''cantik'' dan ''menawan'', tapi bukan Baywatch.

Yang jelas, katanya, film tentang aksi petualangan di Timur Tengah. Mansour sudah menyebut judulnya, yakni ''International Investigators Incorporated''. Dalam film itu, Mansour mengatakan akan menampilkan sisi-sisi kecantikan Mesir.

Munculnya kabar pembuatan film Baywatch ala Mesir bertepatan dengan rencana AS membuat jaringan televisi di Timur Tengah. Jaringan TV itu lebih memfokuskan acaranya ke dalam gaya hidup modern masyakarat Barat, termasuk warga Arab yang serba Barat.

AS, melalui Departemen Luar Negerinya (Deplu), merogoh koceknya hingga 62 juta dolar AS untuk mengudarakan televisi itu. Bagi sebagian kalangan Arab, ini merupakan proyek propaganda AS yang lebih kuat nuansa politisnya dibandingkan maksud bisnisnya.

Apalagi, sejak 1997, ketika sejumlah intelektual dan politikus AS berdarah Yahudi mencanangkan program yang disebut ''Project for A New American Century'' (PNAC). Salah satu programnya adalah memanfaatkan media demi kepentingan dan tujuan AS. PNAC didirikan oleh orang-orang seperti Dick Cheney (Wapres AS), Donald Rumsfeld (Menhan AS), Paul Wolfowitz, dan Richard Perle.

Misi PNAC adalah membawa AS sebagai negara pengatur dunia dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya itu. Selain memantapkan program senjata canggihnya, PNAC juga menyebut perlunya memperkuat basis militer di seluruh dunia, membangun pangkalan militer, termasuk di Indonesia, dan menghancurkan musuh-musuh.

Tidak ketinggalan, PNAC pun memasukkan unsur penguasaan media sebagai bagian pendukung kegiatan mereka. Apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang ini, dengan terbitnya majalah Hi dan jaringan televisi Timur Tengah, merupakan salah satu alur yang mereka (AS dan PNAC) rencanakan sejak lama. erd/majalah gq Amerika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar