Kamis, 13 Februari 2014

Sejarah 24

Baca : Kuil Sulaiman, Alasan Penghancuran Masjidil Aqsha


Selama beberapa hari terakhir ini, Masjidul Aqsa telah menyaksikan konspirasi baru. Kiblat pertama umat Islam ini, yang juga merupakan tempat suci bagi para penganut Kristen dan Yahudi telah diancam akan dihancurkan oleh kelompok ekstrim Zionis pada tanggal 10 April.

Menurut kelompok ekstrim Zionis, tanggal 10 April adalah hari raya suci orang-orang Yahudi dan oleh karena itu, mereka akan merusak Masjidul Aqsa pada hari itu. Tujuan utama aksi orang-orang Zionis ekstrim itu adalah untuk memaksa Perdana Menteri Rezim Zionis, Ariel Sharon, agar membatalkan program pembubaran kota-kota pendudukan Zionis di Jalur Gaza. Namun ancaman itu berhasil digagalkan setelah puluhan ribu rakyat Palestina bersiaga di seputar Masjidul Aqsa.

Rakyat Palestina selama 57 tahun terakhir ini tidak pernah mau menyerah di hadapan penindasan Rezim Zionis. Kali inipun, ancaman yang dilemparkan oleh kelompok ekstrim Rezim Zionis mendapatkan penentangan keras dari rakyat Palestina. Sebanyak 20 ribu warga muslim dari berbagai penjuru Palestina berkumpul dan bersiaga di Masjidul Aqsa.

Meskipun dihalang-halangi tentara Rezim Zionis yang melarang rakyat Palestina berusia di bawah 40 tahun untuk datang ke Masjidul Aqsa, namun warga Palestina dengan gigih membanjiri Masjidul Aqsa. Perlindungan warga Palestina, dan juga reaksi keras umat Islam dari berbagai penjuru dunia, telah menyebabkan konspirasi untuk merusak Masjidul Aqsa itu ditunda sementara waktu. Namun, kelompok ekstrim Zionis tetap mengancam akan melaksanakan aksi mereka tanggal 9 Mei mendatang.

Diskriminasi dan ancaman terhadap Masjidul Aqsa mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada era Perang Arab-Israel yang meletus tahun 1968, Rezim Zionis berhasil menguasai wilayah Baitul Maqdis dimana Masjidul Aqsa berada. Sejak saat itulah, berbagai usaha perusakan terhadap Masjidul Aqsa telah dimulai. Pada tahun 1969, seorang ekstrimis Zionis telah membakar Masjidul Aqsa sehingga mengakibatkan kerusakan yang cukup parah terhadap masjid itu. Pada tahun 1975, kabinet Rezim Zionis telah memberi izin kepada kelompok ekstrim Zionis untuk masuk ke tempat suci ini dan melakukan upacara agama mereka. Padahal berdasarkan kepada ajaran agama Yahudi, hadir di halaman Masjidul Aqsa adalah sebuah perbuatan yang terlarang.

Pada awal dekade 1980-an terungkap rencana peledakan terhadap Masjidul Aqsa. Pada tahun 2000, Ariel Sharon menjejakkan kakinya di Masjidul Aqsa dan mengeluarkan pernyataan yang menghina umat Islam. Perilaku Sharon ini telah menimbulkan kemarahan dan kebencian umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Penghinaan Sharon ini kemudian memicu kebangkitan perjuangan bangsa Palestina untuk kedua kalinya, yang disebut sebagai Intifadah Masjidul Aqsa.

Sejak saat itu hingga sekarang, Rezim Zionis melakukan berbagai konspirasi jahat yang bertujuan memusnahkan Masjidul Aqsa, antara lain dengan menggali terowongan di bawah fondasi masjid itu dan mengalirkan air ke dalamnya. Tujuan dari perbuatan ini adalah untuk merapuhkan pondasi Masjidul Aqsa. Berbagai usaha penghancuran Masjidul Aqsa yang dilakukan Zionis telah membuat masjid ini menjadi tempat suci yang paling mazlum di dunia.

Kini, muncul pertanyaan penting, mengapa orang-orang Zionis sangat berambisi menghancurkan Masjidul Aqsa? Jawaban atas pertanyaan ini ada dua. Pertama, Masjidul Aqsa adalah simbol solidaritas dan persatuan umat Islam dalam menentang Rezim Zionis. Selama Masjidul Aqsa masih berdiri, umat Islam akan terus termotivasi untuk berjuang membebaskan masjid itu dari tangan Rezim Zionis. Masjidul Aqsa juga memberikan inspirasi kepada rakyat Palestina untuk terus bangkit menentang kezaliman Zionis.

Kedua, Masjidul Aqsa diklaim oleh kelompok Yahudi ekstrim sebagai bangunan yang didirikan di atas rumah ibadah mereka yang dulu dibangun oleh Nabi Sulaiman. Kelompok Yahudi ekstrim ingin menghancurkan Masjidul Aqsa dan membangun kembali Kuil Sulaiman di atasnya. Padahal, tidak ada dokumen atau bukti apapun yang membenarkan klaim kelompok Yahudi ekstrim ini. Kelompok Yahudi ekstrim yang ingin merealisasikan rencana penghancuran Masjidul Aqsa ini bekerja sama dengan pemerintahan Tel Aviv. Sepanjang dua dekade lalu, banyak sekali kelompok-kelompok Yahudi ekstrim yang berdiri. Meskipun jumlah anggota kelompok-kelompok itu tidak banyak, tetapi mereka memiliki kekuasaan ekonomi, propaganda, dan politik yang besar.

Meskipun Pemerintah Tel Aviv sering mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap kelompok-kelompok ekstrim itu, namun sesungguhnya Tel Aviv selalu memberi dukungan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi. Dalam konspirasi terbaru kelompok Yahudi ekstrim untuk memusnahkan Masjidul Aqsa, Pemerintah Zionis memang melakukan berbagai langkah yang seolah-olah menentang aksi-aksi kelompok ekstrim itu. Padahal, sesungguhnya pemerintah Zionis menjalin koordinasi dengan kelompok-kelompok ekstrim ini, sebagaimana diungkapkan oleh sebagian media massa Zionis. Penetapan tanggal baru untuk menghancurkan Masjidul Aqsa juga mengindikasikan adanya koordinasi antara pemerintah Zionis dengan kelompok Yahudi ekstrim. Diprediksikan, krisis ini akan terus berlanjut sampai Tel Aviv mencapai tujuan jahat mereka.

Para pengamat politik menyatakan, konspirasi baru kelompok ekstrim Yahudi terhadap Masjidul Aqsa sesungguhnya berada dalam agenda Perdana Menteri Rezim Zionis, Ariel Sharon. Sebagaimana diketahui, atas tekanan sekutu-sekutunya, Sharon terpaksa menyetujui program pengosongan kawasan-kawasan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. Dengan meningkatnya berbagai aksi kerusuhan dan munculnya ancaman-ancaman dari kelompok ekstrim Yahudi, Sharon menjadi punya alasan untuk mengingkari janjinya mengosongkan kota-kota Zionis di Jalur Gaza.

Sementara itu, janji pengosongan kota-kota Zionis di Jalur Gaza, juga dimanfaatkan Sharon untuk membangun kawasan-kawasan pemukiman baru di sekitar Baitul Maqdis. Dengan cara ini, Masjidul Aqsa akan terkepung di tengah-tengah kawasan-kawasan pemukiman Zionis. Selanjutnya, jumlah penduduk Zionis di Baitul Maqdis akan meningkat dan umat Islam Palestina diusir keluar dari sana. Langkah ini disebut sebagai langkah judaisasi Baitul Maqdis. Dalam sebuah media massa dimuat pernyataan seorang ekstrimis Zionis yang mengatakan, “Orang-orang Yahudi tidak boleh merasa cukup dengan sekadar membangun kembali Kuil Sulaiman menggantikan Masjidul Aqsa. Mereka juga harus mengusir orang-orang Palestina yang tinggal di kawasan timur Baitul Maqdis agar kota ini bersih dari identitas Palestina dan Islam.”

Dalam rangka menguasai Masjidul Aqsa, Presiden Israel, Moshe Katzav, juga mengajukan proposal lain, yaitu agar masjid ini dibagi dua antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi. Tujuan di balik proposal ini sudah jelas, yaitu agar kaum Zionis memiliki akses yang lebih besar terhadap Masjidul Aqsa, sehingga mereka dengan mudah dapat menghancurkannya. Mengingat bahwa proposal Presiden Katzav ini diajukan dengan kerjasama antara pemerintah Zionis dan kelompok-kelompok ekstrim Yahudi, terungkaplah kenyataan bahwa kedua pihak itu sesungguhnya berada dalam satu front, yaitu ingin menghancurkan Masjidul Aqsa. (irib)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar